BARGO.ID – Dinas Pertanian Kabupaten Pohuwato melaporkan pencapaian penerimaan retribusi daerah (PAD) tahun ini sebesar Rp.424.920.000, jauh di bawah target yang ditetapkan sebesar Rp.622.625.000.
Salah satu faktor utama penyebab ketidak tercapainya target PAD adalah kebijakan penggratisan penggunaan alat dan mesin pertanian (alsintan) yang diterapkan untuk mendukung ketahanan pangan, khususnya untuk budidaya padi gogo di lahan kering.
Kepala Dinas Pertanian melalui Bendahara PAD, Iyam Mahmud, mengungkapkan bahwa kebijakan tersebut bertujuan untuk memotivasi petani agar mau menanam padi gogo.
“Kami gratiskan penggunaan traktor yang seharusnya dapat berkontribusi pada PAD. Kami ingin agar petani tidak terbebani biaya sewa alat dan hanya menanggung biaya bahan bakarnya. Akibatnya, pendapatan dari sewa alat menjadi nol,” jelas Iyam, Kamis (12/12/2024) di ruang kerjanya.
Iyam Mahmud menjelaskan rincian penerimaan retribusi daerah Dinas Pertanian sebagai berikut:
1.) Retribusi sewa tanah atau lahan: Sudah mencapai target.
Retribusi pemakaian kendaraan bermotor: Rp475,88 juta dari target Rp851,15 juta (sisa target Rp375,28 juta).
2.) Retribusi pelayanan rumah potong hewan: Rp63,90 juta dari target Rp63,90 juta (100% tercapai).
3.) Retribusi penjualan bibit tanaman: Rp13,85 juta (target tidak dirinci).
4.) Retribusi penjualan bibit ternak: Rp47,23 juta dari target Rp55 juta.
Namun, sektor yang paling terdampak adalah retribusi dari penggunaan alsintan, seperti traktor, yang tidak menghasilkan pendapatan karena kebijakan penggratisan tersebut.
Iyam menjelaskan bahwa kebijakan ini diterapkan untuk mendorong petani agar mau menanam padi gogo sebagai komoditas baru yang diharapkan bisa mendukung swasembada pangan di Pohuwato.
“Di satu sisi kami dikejar target PAD, namun di sisi lain, jika kami membebani petani dengan biaya sewa alat, mereka tidak akan mau mencoba menanam padi gogo. Jadi, kami gratiskan alatnya, dengan catatan petani hanya menanggung biaya BBM,” katanya.
Kebijakan ini, menurut Iyam, bukan karena Dinas Pertanian tidak dapat menyetorkan PAD, melainkan sebagai upaya untuk memotivasi petani.
“Soal PAD Dinas kami terbuka soal ini. Penggratisan alat bertujuan untuk memotivasi petani, bukan karena PAD kami tidak setor. Ini agar ada alat gratis, dan yang penting bahan bakar minyak di tanggung oleh petani,” ungkapnya.
Meskipun kebijakan ini diharapkan dapat membantu mencapai swasembada pangan, Iyam mengaku bahwa pengembangan padi gogo di Pohuwato masih menghadapi banyak tantangan. Petani yang kurang berpengalaman dan fasilitas yang terbatas menjadi kendala besar.
“Kami seperti buah simalakama, antara mengejar PAD atau memotivasi petani. Kami berharap upaya kami bisa meningkatkan produksi padi di Pohuwato dan mendukung swasembada pangan, meskipun ada dampak terhadap target PAD,” pungkas Iyam.